Rabu, 02 Agustus 2017

SIBAR, CAPUNG MENJADI BAHAN EKPLORASI

Berdasarkan keterangan dari si empunya karya, Gita Prabhawita, karya Sibar yang ia pentaskan dalam PARADANCE #14  terinspirasi dari identitas tari bali yang terletak pada kekuatan mata. Salah satu pergerakkan mata tersebut menyerupai gerakan mata capung. Menurut perempuan kelahiran 1994 ini gerak mata capung yang tajam, peka, kuat, dan cepat itulah yang kemudian dituangkan dalam gerak tubuh. Ada beberapa keterangan yang saya ambil secara acak dari google, mata capung sudut pandangnya nyaris mencapai 360 derajat, apung memiliki mata majemuk yang berisi 30.000 segi, masing-masing memberikan informasi tentang lingkungan di sekeliling capung sehingga ia sangat peka, selain itu capung juga dapat melihat dunia dalam warna-warna yang tak bisa kita bayangkan (karena opsin capung mencapai 11-30). Selain mata, tubuh capung sepertinya juga menjadi bagian dari eksplorasi dara cantik kelahiran Denpasar ini. Capung memiliki kecepatan sekaligus keakuratan dalam menilai lintasan mangsa, terbang dengan tangkas, punya fleksibilitas, dan daya tahan yang kuat.

Sibar sendiri diambil dari penggalan kata sibar-sibar yang berarti capung. Dalam prosesnya karya ini ingin memunculkan kepekaan penari terhadap tubuhnya. Menyadari dan merasakan setiap segmen dalam tubuh mereka. Kelincahan, kekuatan, dan kesensitifan tubuh dalam menerima pergerakan.

Pertunjukan 12 menit tanpa iringan ini bagi saya sangat menarik, dengan diawali seorang penari perempuan di tengah panggung, membuat gerakan lambat, kemudian cepat dan mendadak pose dengan bentuk kosa gerak bali, kembali lambat, cepat, dan pose, demikian seterusnya. Dan diulang terus menerus dengan metode yang sama dan gerakan berbeda-beda. Hasilnya, kejutan-kejutan dari gerak cepat ke pose ini yang menarik perhatian saya. Ya, sang koreografer benar-benar mengekplorasi sikap capung yang cepat dan tangkas, sehingga secara mengejutkan mampu menangkap mangsanya, tanpa disadari sang mangsa. Selain tubuh, penari juga mentransformasikan mata capung yang mampu melihat sekelilingnya dengan cara membuat gerakan mata dan kepala yang digerakkan memutar seakan 360 derajat.

Foto Setiawan Sugiharto.
Fotografer: Setiawan Sugiharto
Sekitar menit ke enam penari perempuan tersebut kemudian menuju panggung bagian kanan (kanan penari), menjemput satu orang penari perempuan dan mulai menari dengan gerakan bersama lambat, cepat, pose, kemudian satu penari muncul dari sisi kiri panggung, penari laki-laki. Mereka menari bertiga, tanpa iringan, mengandalkan kepekaan, seperti kepekaan capung dengan gerakan lambat, cepat, pose. Meskipun para penari dituntut berubah dengan cepat dari lambat, cepat, pose, tetapi mereka terlihat sangat berusaha untuk presisi pada titik-titik yang sudah ditentutan, sekaligus selalu menjaga powerd dan energy supaya daya hentak ketika mengalami perubahan kecepatan gerak bisa terlihat. Tidak dipungkiri, ada beberapa kali para penari terkesan hilang, tetapi mereka kembali dengan cepat. Saya rasa memang latihan intensif untuk karya semacam ini sangat penting, bukan hanya soal pentuk geraknya yang harus  diperbaiki presisi, tetapi focus, power, dan energy penari memang perlu digenjot, supaya daya magis dari karya ini semakin terlihat.

Saya rasa Gita harus terus melanjutkan eksplorasi ini, dari hal yang sangat sederhana, capung tetapi eksekusinya menarik. Perlu saya tegaskan, bahwa karya tidak melulu dari hal-hal besar, hal-hal kecil di sekeliling kita jika kita mampu mengolahnya dengan disiplin, ilmu yang cukup, dan tidak lelah berproses, niscaya akan menjadi hal besar.


Ingin melihat karya Sibar dari Gita Prabhawita, klik link di bawah ini:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar