Berdasarkan keterangan dari si empunya karya, Gita
Prabhawita, karya Sibar yang ia pentaskan dalam PARADANCE #14 terinspirasi dari identitas tari bali yang
terletak pada kekuatan mata. Salah satu pergerakkan mata tersebut menyerupai
gerakan mata capung. Menurut perempuan kelahiran 1994 ini gerak mata capung
yang tajam, peka, kuat, dan cepat itulah yang kemudian dituangkan dalam gerak
tubuh. Ada beberapa keterangan yang saya ambil secara acak dari google, mata capung sudut pandangnya nyaris
mencapai 360 derajat, apung memiliki mata majemuk yang berisi 30.000 segi,
masing-masing memberikan informasi tentang lingkungan di sekeliling capung
sehingga ia sangat peka, selain itu capung juga dapat melihat dunia dalam
warna-warna yang tak bisa kita bayangkan (karena opsin capung mencapai
11-30). Selain mata, tubuh capung sepertinya juga menjadi bagian dari
eksplorasi dara cantik kelahiran Denpasar ini. Capung memiliki kecepatan
sekaligus keakuratan dalam menilai lintasan mangsa, terbang dengan tangkas,
punya fleksibilitas, dan daya tahan yang kuat.
Sibar sendiri diambil dari penggalan kata sibar-sibar yang berarti
capung. Dalam prosesnya karya ini ingin memunculkan kepekaan penari terhadap tubuhnya.
Menyadari dan merasakan setiap segmen dalam tubuh mereka. Kelincahan, kekuatan,
dan kesensitifan tubuh dalam menerima pergerakan.
Pertunjukan 12 menit tanpa iringan ini bagi saya sangat
menarik, dengan diawali seorang penari perempuan di tengah panggung, membuat
gerakan lambat, kemudian cepat dan mendadak pose dengan bentuk kosa gerak bali,
kembali lambat, cepat, dan pose, demikian seterusnya. Dan diulang terus menerus
dengan metode yang sama dan gerakan berbeda-beda. Hasilnya, kejutan-kejutan
dari gerak cepat ke pose ini yang menarik perhatian saya. Ya, sang koreografer
benar-benar mengekplorasi sikap capung yang cepat dan tangkas, sehingga secara mengejutkan
mampu menangkap mangsanya, tanpa disadari sang mangsa. Selain tubuh, penari
juga mentransformasikan mata capung yang mampu melihat sekelilingnya dengan
cara membuat gerakan mata dan kepala yang digerakkan memutar seakan 360 derajat.
Fotografer: Setiawan Sugiharto |
Sekitar menit ke enam penari perempuan tersebut kemudian
menuju panggung bagian kanan (kanan penari), menjemput satu orang penari
perempuan dan mulai menari dengan gerakan bersama lambat, cepat, pose, kemudian
satu penari muncul dari sisi kiri panggung, penari laki-laki. Mereka menari
bertiga, tanpa iringan, mengandalkan kepekaan, seperti kepekaan capung dengan
gerakan lambat, cepat, pose. Meskipun para penari dituntut berubah dengan cepat
dari lambat, cepat, pose, tetapi mereka terlihat sangat berusaha untuk presisi
pada titik-titik yang sudah ditentutan, sekaligus selalu menjaga powerd dan energy
supaya daya hentak ketika mengalami perubahan kecepatan gerak bisa terlihat.
Tidak dipungkiri, ada beberapa kali para penari terkesan hilang, tetapi mereka kembali dengan cepat. Saya rasa memang
latihan intensif untuk karya semacam ini sangat penting, bukan hanya soal
pentuk geraknya yang harus diperbaiki presisi,
tetapi focus, power, dan energy penari memang perlu digenjot, supaya daya magis
dari karya ini semakin terlihat.
Saya rasa Gita harus terus melanjutkan eksplorasi ini, dari
hal yang sangat sederhana, capung tetapi eksekusinya menarik. Perlu saya
tegaskan, bahwa karya tidak melulu dari hal-hal besar, hal-hal kecil di
sekeliling kita jika kita mampu mengolahnya dengan disiplin, ilmu yang cukup,
dan tidak lelah berproses, niscaya akan menjadi hal besar.
Ingin melihat karya Sibar dari Gita Prabhawita, klik link di
bawah ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar