Senin, 31 Juli 2017

MASA DEPAN DALAM ME(THOD)

Fery C. Nugroho, founder Obah Dance Laboratory ini adalah seorang koreografer asli Magetan tetapi menyelesaikan S1nya di Universitas Negeri Malang dan sekarang tengah berusaha menyelesaikan studi S2nya di ISI Surakarta jurusan penciptaan tari. Dalam Paradance #15 dia merilis karya solo yang dia tarikan sendiri berjudul Me(thod). Ketika lampu menyala dan musik diputar, Fery yang memilih center sebagai area panggungnya mulai menggerakkan bagian lengan sampai tujung jari tangan dengan shape-shape yang berganti-ganti. Tidak terlalu banyak berpindah tempat, Fery menempatkan bagian tubuh selain lengan hingga ujung jari tangan sebagai pendukung shape yang coba ia suguhkan kepada penonton.

Selama menonton pertunjukan sepanjang 5 menit itu saya masih merasakan betul bentuk-bentuk tubuh Jawa Timuran yang melekat di tubuh Fery. Ini membuat saya bertanya-tanya soal Me(thod), apakah terkait dengan metode yang dia pakai untuk menguasai tari Jawa Timuran, atau apa? Dan akhirnya pertanyaan itu terjawab ketika sesi wawancara dengan MC after performance. Fery menyatakan bahwa ini metode yang sedang dia eksplorasi, rencananya akan dia ajukan untuk Tesis. Metode ini merupakan metode kodifikasi dari hasil pertemuan-pertemuannya dengan orang-orang selama beberapa waktu terakhir yang hasil kodifikasi tersebut adalah bentuk-bentuk tubuh yang dihadirkan Fery di atas panggung.

Fery membagi kode-kodenya menjadi 2 hal, siapa orang yang dia temui dan apa yang diperbincangkan, seperti gambar di bawah ini:

Courtesy pribadi: Fery C. Nugroho
Setelah turun panggung, saya sempat ngobrol-ngobrol dengan Fery dan dia menyatakan ingin mengembangkan metode ini lebih jauh, kalau memungkinkan diharapkan dapat mengakomodir difabel tuna rungu untuk belajar membuat koreografi tari. Sounds great! Ya, memang seni pertunjukan yang dengan sengaja mengakomodir difabel baik untuk menonton maupun belajar masih sangat minim, maka ini adalah niatan yang baik dari seorang koreografer muda untuk mulai berdamai dengan dunia yang di dalamnya memang punya bagian-bagian yang berbeda dan harus ditreatment dengan cara yang berbeda.

Saya selalu tertarik dengan teman-teman koreografer yang punya pemikiran untuk mengembangkan baik metode, gaya, model, meskipun saya sangat mencintai tari-tari tradisi dan klasik. Tapi kalau teman-teman terjun ke dunia tari kontemporer, hal yang harus dipikirkan selain teknik tubuh adalah apa nilai yang akan disuguhkan di atas panggung. Nilai disini tidak selalu harus terkait isu, tetapi nilai akan metode penggarapan juga menjadi hal penting yang masih jarang dilakukan oleh koreografer kontemporer muda di Indonesia. Jangan sampai asal sudah roll depan belakang maka sudah kontemporer, it's not enough guys. Maka, bagi saya, Me(Thod) ini memiliki masa depannya sendiri, dengan catatan si empunya terus mengembangkan eksplorasinya secara metode maupun cara transfer kepada tubuh. 

Jika teman-teman ingin melihat karya Me(Thod) silahkan buka link di bawah ini:



Kamis, 27 Juli 2017

PENCARIAN: PERTANYAAN PENARI

Saya selalu senang ketika dalam sebuah diskusi banyak yang bertanya dan menanggapi. Kenapa? Itu tandanya dia memperhatikan sekaligus menunjukkan rasa penasarannya, bukankah rasa penasaran adalah awal dari pengetahuan?? (Sumber: quote filsuf yang saya lupa namanya dan males cari di google)

Hari Senin, 24 Juli lalu, Loka Art Studio mengadakan sebuah diskusi dalam rangkaian Loka Art Contemporary Festival. Kebetulan saya menjadi salah satu pengisi bersama mbak Mila Rosinta dan Una Lupo. Diskusi dimulai pukul 20.00 dengan pembicaraan soal seni visual kontemporer, proses kreatif dalam menciptakan tari kontemporer, dan terakhir soal perkembangan tari kontemporer di Yogyakarta. Nah, sesi materi selesai dan dilanjutkan dengan pertanyaan. Beberapa pertanyaan muncul malam itu, sampai akhirnya ada satu pertanyaan yang menggelitik saya, soal pencarian, bagaimana seorang penari mencari dia cocok sebagai penari apa? Kontemporerkah, hip hopkah, tradisionalkah, klasikkah???

Foto by: Aari Kusuma, Dancer: Assabti "Upik"

Jawabanya sebenarnya mudah saja, karena pertanyaaannya adalah bagaimana "mencari", ya jawabannya "carilah" sampai tidak ada lagi yang "dicari". Tapi untuk mempermudah, di tulisan ini saya akan menambahkan beberapa hal penting yang harus diingat dan dilaksanakan dalam proses pencarian kalian sebagai penari, eitsss....jangan terlalu percaya-percaya amat juga! Saya bukan penari apalagi koreografer.
  • Kalo kamu udah punya minat di satu genre tari tertentu ya terus lakukan sesuai minat kamu dulu. Kamu akan ngrasain itu pas nggak sih buat tubuhmu, kalaupun nggak pas sebenernya semuanya bisa diatasi asal terus berproses dan nggak lelah nyari solusinya. 
  • Terbuka dengan ilmu yang baru, baik ilmu teknis ketubuhan, genre maupun wacana.
  • Terus penasaran, orang yang tidak punya rasa penasaran sudah merasa cukup dengan apa yang dia punya, ujung-ujungnya udah ngerasa paling bagus aja. Penari tu harus banget punya rasa penasaran yang terus menerus, jadi ada hal yang terus menerus akan digali
  • Perluas pergaulan, artinya, bergaullah dengan lebih banyak orang, lintas disiplin, lintas komunitas, penari dari berbagai genre. Dengan bergaul dengan lebih banyak orang kamu akan menemukan banyak hal yang mungkin tidak kamu kira sebelumnya, ini akan menambah khasanah pengalaman tubuh, hati, dan pikiranmu.
  • Perluas pandangan soal dunia tari, dunia tari bukan cuma sekecil kota kalian aja lo ya, seluruh dunia punya peradaban tari masing-masing, yang artinya jangan hanya dengan melihat satu dua orang di dalam kotamu kemudian kamu merasa itulah yang paling bagus dan harus dicontoh, ah...kalo begini akan berefek ke hilangnya rasa penasaranmu, mempersempit pergaulanmu, dan tentu ilmu baru nggak akan datang. 
  • Nonton! Ini nih, biasanya pada males. Banyak-banyaklah nonton, nggak harus live, bisa lewat Youtube, Vimeo, dan platform yang lain (daripada nontonin vlog ga jelas mendingan nonton video-video tari dari jaman kapan tahun ampe sekarang ada semua di sana).
  • Punya tokoh idola, kenapa ini harus? Idola menjadi salah satu panutan yang bisa kamu ikuti, carilah idola yang berkualitas supaya kamu juga jadi berkualitas nantinya. Idola mah jangan nanggung-nanggung, pokoknya yang berkualitas, kalo bisa malah yang ikut memperkaya sejarah dunia tari, mengubah dunia tari ke arah yang lebih baik.
  • Baca buku dan ikuti berita terbaru! Nah ini juga berat kayaknya ya...baca buku atau ngikutin berita emang kadang bikin ngantuk atau laper, tapi daripada depresi gara-gara nggak tahu apa-apa, mendingan nahan ngantuklah ya...
  • Ngobrol, daripada ngumpul-ngumpul ngobrol ngomongin orang, ngomongin penari A gendut, penari B pacaran sama X, penari C sebenarnya nggak bagus narinya, dan obrolan dosa yang lain. Mendingan banyak-banyak ngobrolin tari deh, dari temen-temen sendiri kita bisa lebih tahu nih perkembangan tari di tempat yang kita pas nggak ikut prosesnya atau pas kita nggak nonton. Ngobrol juga dengan orang yang lebih berpengalaman.
  • Proses...nah ini, kalo cuma diangen-angen doang tanpa action buat proses ya nggak guna juga. Buat karya, kalo bingung karyanya mau tampil dimana, ya di Paradance juga boleh (sekalian promo...hahaha)
  • Jangan takut dikritik! ini penting banget guysss...kritik itu membangun...percayalah, meskipun di awal kritik kadang menyakitkan, tapi suatu hari kalian akan tumbuh besar justru dengan kritik, tanpa kritik kalian akan disitu-situ aja.

Kayaknya itu, kalo ntar ada tambahan bisa tak tambahin lagi kalo nggak males. Intinya saya cuma pengen bilang, kalo proses pencarian emang nggak mudah, tapi itu akan terbayar kalau kamu sudah menemukan harta karun yang kamu cari, jangan menyerah! But, sekali lagi, jangan terlalu percaya kata-kata saya!