Senin, 19 Juni 2017

CATATAN: KLUB BACA ParaDancer EDISI RAMADHAN

Jadi, hari Jum'at lalu (16 Juni 2017) adalah pertemuan terakhir dari program KLUB BACA ParaDancer. Anyway buat yang belum tau apa sih KLUB BACA ParaDancer akan saya jelaskan sedikit. Jadi, KLUB BACA ParaDancer ini diinisiasi oleh tim Paradancer (link grup facebook: PARADANCER Jogja), dengan tujuan untuk mengisi wacana sebagai amunisi berkarya teman-teman penari/koreografer muda. KLUB BACA ParaDancer edisi pertama ini (dan mungkin juga edisi-edisi berikutnya) kami buat super sederhana, cuma bermodal buku/majalah/tabloid/booklet, tempatnya di rumah, dan suguhannya kita masak bersama-sama. 

Biasanya, pertemuan kita mulai dengan ngobrol-ngobrol ringan dulu, seputar aktivitas, karya yang sedang dikerjakan, atau gosip2 terbaru seputar tari di wilayah Jogja dan sekitarnya. Dengan peserta 5 orang diharapkan setiap pertemuan terjadi dengan intim, tapi tidak mengada-ada. Selanjutnya, kami baca satu artikel, essay, resume, atau teori dari buku/majalah/tabloid/booklet kemudian membahasnya bersama dan membayangkan bagaimana ketika diterapkan dalam proses berkarya masing-masing orang.


Pertemuan pertama kita membaca satu ulasan karya Teater Koma yang ditulis oleh mas Seno Joko Suyono di majalah Tempo dengan judul Julini Baru yang Asyik. Meskipun kali ini kita membaca ulasan karya teater, tetapi aspek-aspek di dalamnya sangat related dengan tari, terutama proses si Julini mengobservasi dan mengeksplorasi perannya. Hal ini membuat diskusi bergulir asik sampai pada fungsi observasi dan riset yang benar dalam membuat karya tari, hingga bagaimana proses eksplorasi dan memilih bagian mana yang akan dipakai dan tidak.

Pertemuan kedua bacaan yang dipilih adalah tulisan Ari "Inyong" untuk karyanya sendiri bersama Bengkel Mime yang mengangkat naskah "Waiting for Godot" versi pantomime. Yang menarik dan menjadi bahasan panjang adalah bagaimana proses mengkodifikasi teks menjadi mime, yang elemen utamanya adalah gerak, seperti halnya tari.

Pertemuan ketiga sangat menarik karena pembahasan yang kami ambil terkait dengan apa yang terjadi belakangan, kami membaca tulisan Abdul Munir Mulkan berjudul Pelangi di Langit Ka'bah dari buku Jalan Berlubang: Menyisir Pinggiran dan Pusaran Hubungan Indonesia-Kawasan Arab melalui Biennale Jogja XII 2013. Bahasan ini menjadi sangat reflektif karena masing-masing peserta mempunyai pengalaman yang menarik soal bahasan ini, terutama bagaimana cara pandang masing-masing orang terhadap Arab kemudian juga bahasan sampai pada isu intoleransi dan pilihan-pilihan cara beragama. Kenapa bacaan satu ini dipilih? Karena isu ini penting, entah kemudian akan dilanjutkan dalam proses berkarya atau tidak, setidaknya asupan semacam ini dengan berbagai tema sangat penting dimiliki. Yah, setidaknya biar nggak kuper.

Pertemuan keempat kita membahas teori Feminisme dari buku Cultural Studies, Chris Barker. Lagi-lagi kenapa memilih bahasan ini? Saya rasa perspektif feminis dalam berkarya itu penting, sehingga kita tidak judgmental tanpa mengetahui akar masalah. Selain itu akhir-akhir ini gender dan feminisme menjadi trend ide berkarya teman-teman koreografer muda, tetapi apakah perspektif mereka sudah clear soal itu? Atau hanya tuntutan trend dan permintaan? Wallahualam...nah ini yang mendasari kami untuk setidaknya tau dan clear soal perspektif ini.

Finally, pertemuan terakhir, kita membaca biografi tokoh tari, Gusmiati Suid dan R. Tjetje Soemantri dari buku Seni Pertunjukan dari Perspektif Politik, Sosial, dan Ekonomi karya Prof. Dr. R. M. Soedarsono. Kenapa mereka berdua? Karena kisah mereka menjadi bagian dari tari dan membangun dunia tari cukup extraordinary dan patut dijadikan teladan. Mereka tidak mudah menyerah (tipikal calon tokoh besar), meskipun mereka tidak belajar tari secara formal di sekolah/kampus pada awalnya. 

Yah, demikian sekilas catatan  KLUB BACA ParaDancer, menarik untuk diteruskan mungkin bisa dengan format random article/bacaan semacam ini (sebanyak-banyaknya tema supaya lebih kaya), bisa juga dengan format mengupas habis 1 teori/tema dalam beberapa kali pertemuan yang ditargetkan (supaya lebih fokus). Will see... semoga kami masih memiliki energi untuk berbagi kembali dalam KLUB BACA ParaDancer season 2. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar